Siapa sebenarnya secara representasi konsep ahlu sunnah wal jamaah
Ahlu sunnah wal jamaah terbagi menjadi tiga kata;
1. Ahlun memiliki beberapa arti yg artinya keluarga,contohnya hazda ahli, Ahlun juga ada yg artinya pengikut, juga diartikan ahlu sunnah berarti pengikut sunah atau ahlu bidah pengikut bidah ada juga yang mengartikan ahlu dengan penduduk, contohnya ahlu jannah atau ahlu nar berarti penduduk surga atau penduduk neraka dan yg terpilh adalah arti dari yang kedua yaitu ahlu adalah pengikut…demikian yg diterangkan dalam al-kulliyyah oleh abdul baqo al kofawi.
2. Sunnah yng menurut ulama adalah jalan hidup secara syari adalah jalan yg diridho oleh allah yg menjadi pijakan dalam agama dan telah ditempuh oleh rosulullah sholallahu alaih wasallam atau para sahabat….
KH. Hasyim Asy-ari mengutip pendapat imam abdul baqo al kofawi dalam kitabnya al-kulliyah bahwa dalam kitabnya al risalah ahlu sunnah waljamaah secara bahasa AS-SUNNAH LUGHOTAN AT-TARIQO WALAU GHOIRO MARDIYYAH secara bahasa bahwa sunnah itu adalah jalan yng baik atau tdk baik sedangkan secara syar’i adalah ISMUN BI TORIQOH MARDIYYAH adalah nama bagi jalan yg ditempuh untuk mengharap ridho ALLAH. AL-MARSUK FIDDIN SALAKA ROSULULLAH SHOLALLAHU ALAIH WASALLAM yg telah ditempuh ALA GHOIRIHI atau selain mereka maka imam al-qofawi mengatakan bahwa maulid, tahlilan juga sunnah, majlis dzikir juga sunnah yg dilakukan oleh ulama2 mu’tabar.
Ta’rif sunah ini berbeda dalam defenisi ilmu hadist, ilmu fiqh atau ushul fiqh. Dalam ilmu hadist dikatakan ta’rif sunnah: KULLU MA JA’A ANINNABI SHOLALLAHU ALAIHI WASALLAM INQOLIN FI’ILIN AW TAQRIR. Kalau dalam kitab siroh ketambahan AW WASFIN atau sifat beliau….
Ta,rif dalam ilmu fiqh, Sunnah itu adalah: MA YUSABU ALA FI’LIHAN WALA WUQOBU ALA TARKIHA apa saja yg mendatangkan pahala sebab mengerjakan dan tdk disiksa sebab meninggalkannya.
Dalam pandangan ASWAJA, Sunnah itu bukan dipakai bagi orng yang selalu mengerjakan sunnah tetapi manhaj kehidupannya, karena didalm hidup itu ada AQIDAH, SYAREAT, AKHLAQ. Karena ada orang yang rajin sholat sunnah tapi aqidahnya tidak mardiyyah hanya penampilannya yang sholeh, yang tampak dari luar, bukan secara aqidah apalagi akhlak berarti bukan ahlu sunnah waljamaah.
3. Ta’rif al-jamaah secara bahasa adalah: ADADU KULLI SYA’IN WA KASROTUHU sekumpulan apa saja dan jumlahnya banyak maksudnya bukan berkumpul secara fisik dalam kitab TADJUL ‘ARUS sedangkan secara SYAR’I: Jamaah adalah golongan yang selalu menjaga kebersamaan dan kerukunan sebagai kebalikan dari al-furqoh yang pecah belah tapi jamaah selalu kompak, dikatakan jamaah karena golongan ini selalu menjaga kebersamaan dan kekompakan meskipun terjadi perbedaan pandangan tetapi tdk menjadi perpecahan dengan saling membid’ahkan, Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa dalam kitab MAZAHIBUL AR’BA banyak masalah yang pendapat mereka berbeda imam syafi’I berbeda pandangan dengan gurunya imam malik dalam ribuan masalah demikian juga imam malik berbeda pandangannya dengan imam hanafi demikian imam ahmad bin hambal tetapi tidak merusak hubungan mereka dengan tidak saling membid’ahkan antara sesama mereka inilah ciri ahlu sunnah waljamaah. Bahwa ahlu sunnah waljamaah didalam kitab-kitab aqo’it: LAA YUKAFFIRU BA’DUHUM BA’ DAN WA LAISA BAINAHUM KHILAF YUJIBU TABARRI WA TAKFIR FAHUM IDZAN AHLUL JAMAAH bahwa: al-jamaah tdk saling menghafirkan sehingga menjadikan hubungannya terpecah belah dengan demikian al-jamaah menurut kami nahdiyin yaitu golongan yang mengikuti jalan yg diridhoi oleh ALLAH serta selalu menjaga jamaah, kebersamaan dan kerukunan. Dari defenisi yang ada maka lahirlah pertanyaan siapa AHLI SUNNAH WAL-JAMAAH sebagaimana dalam banyak hadist rosul bahwa orang yahudi terpecah jadi 71 golongan, nasrani pecah menjadi 72 aliran, umat islam pecah menjadi 73 aliran. Nah dri 73 golongan siapa ahli sunnah waljamaah, sekarang kita menelisik golongan khawaridj, golongan ini ingin menjual nyawa membeli surga kemudian khawaridj pecah menjadi 20aliran kemudian syiah yg sering mereka pakai dengan nama syiahtu ali atau syiahtu ahlul bait, pecah lebih banyak dari golongan lain dalam hal pokok dan cabang2nya banyak. Kemudian mu’tazilah dengan perkataan ahlu adli’ wa tauhid artinya pengikut keadilan dan tauhid, dikatakan mengikuti keadilan krn menurut mereka mu’tazilah adalah orang yang tidak ikut merusak keadilan karena mereka punya keyakinan akan keadilan tuhan.
Mengapa ..??? karena kita percaya kepada qodho dan qodharNYA Allah bahwa seseorang yang berbuat baik yang menentukan tuhan sebaliknya yang berbuat jahat yang menentukan tuhan. Nah kalau tuhan itu satu kenapa yang satunya kesurga yang satunya keneraka kata mu’tazilah dia sendiri yang menentukan karena keadilan tuhan. Mereka juga tidak percaya pada syafa’at karena syafa’at hanya berlaku pada yang sholeh yang sudah mencapai derajat (rof’u darajat) adapun orang-orang muslim yang tidak bertaubat selamanya dineraka tidak mendapatkan syafa’at menurut mu’tazilah.
Kemudian pemaknaan tauhid menurut mu’tazilah bahwa orang yang tidak ikut tauhid mereka berarti tauhidnya masi kotor atau musyrik karena menetapkan sifat ma’ani berarti tidak bertauhid dan mu’tazilah berkeyakinan bahwa tuhan bisa dilihat di akhirat begitu menurut mereka. Paham ini sudah mati pada abad ke-enam tetapi idiologinya masi berkembang sampai dengan sekarang karena sekitar tahun 370H kata imam dzahabi ada perkawinan antara syiah dan mu’tazilah; KULLU SYI’IYUN WA MU’TAZILIYYUN WA KULLU MU’TAZILIYYUN SYI’IYUN bahwa yang mengadopsi idiologi ini adalah aliran syiah jaidiyyah dan imamiyah, mutazilah ini pecah menjadi 20golongan. Satu lagi yang mungkin tidak terlewatkan yaitu WAHABI yang mengaku ahlu sunnah wal jamaah tetapi tidak punya jamaah,,,,kan lucu
Dalam sejarah hanya ada dua golongan yang mengaku ahlu sunnah wal jamaah yang pertama kelompok mayoritas jumhur muslim yang mengikuti asyairoh persentasenya 90% (tis’un fil mi’ah). Yg kedua kelompok minoritas yang mengikuti pemikiran ibnu taimiyyah yang biasa kita kenal dengan nama WAHABI ATAU SALAFI. Dari dua kelompok ini sangat lah radikal (sadid) dalam hal aqidah dan amaliyah, menurut mereka (asyairoh) dalam hal tauhid bahwa tuhan tidak bertempat karena tuhan itu bukan benda jadi tidak butuh tempat, kalau kata wahabi tuhan itu bertempat dan tempatnya dilangit yang mengikarinya KAfIR. Dalam hal amaliyah juga begitu bahwa kita asyairoh menganjurkan istighosah tawassul dan tabaruk tapi mereka wahabi mengatakan SYIRKAN AKBAR MUHRIS ANIL MILLAH bahwa hal ini syirik besar dan selama-lamanya dineraka. Nah dalam pandangan radikal ini akan menimbulkan pertarungan idiologi akan melahirkan perdebatan,munadzoroh,polemic dan lain sebagainya. Adapun istilah ahlu sunnah wal jamaah yang selalu didengungkan kata ulama: idza uqliko ahlu sunnah waljamaah al-murodi bihi al-asyoiroh maturidiyyah bahwa apabila ahlu sunnah waljamaah disebutkan maka maksudnya adalah as-syoiroh maturidiyyah bukan yang lain.
Al-imam abul mughofar asfaro’i dalam tafsiru fiddin mengatakan “wamin hadza riwayati ukhro annahu sholallahu alaihi wasalam, “suila ani firqotin nadziah faqol ahlu sunnah waljamaah”, didalam satu riwayat nabi ditanyakan tentang golongan yang selamat lalu beliau menjawab mereka adalah al-jamaah, nah kata ulama: “hadzhi sifatun muhtasotun bina” jamaah ini adalah sifat atau identitas yang khusus bagi kita asyairoh maturidiyyah, mengapa …??? “Liana jamiah khosi wal amm anil firok muhtalifa yusammunahu ahla sunnah wal jamaah”. Jadi ini satu isyarat bagi kita bahwa kita adalah ahlu sunnah wal jamaah…
Lalu bagemana dengan kelompok2 diluar dari kita, Al-mughofar asfaro’i berkata: “wa kaifa yatanawalu hadzal ismu khawaridj wahum laayarouna jamaah”. artinya bagemana mungkin nama jamaah disebutkan kepada khawaridj karena mereka tidak punya konsep al-jamaah warowafit dan tidak mungkin juga mencakup pada golongan syiah yang sekarang menyebar dinusantara demikian juga mu’tazilah mereka juga tidak punya konsep al-jamaah “wahum laa yarouna syihata ijma” merekapun tidak mengakui otoritas ijma atau keshahihan ijma dan tidak punya konsep jamaah.
Nah ada satu golongan mengaku ahlu sunnah wal jamaah yaitu wahabi, persoalannya apakah wahabi di akui sebagai bagian dari aswaja oleh para ulama diluar paham wahabi ternyata tidak di akui menurut ulama hanafiyah bahwa wahabi ini dikenal sebagai bagian dari khawaridj didalam “kitab hasyiah radul muhtar al duri muhtar imam ibnu abidin al-hanafi beliau lahirnya semasa dengan firqoh wahabi, dalam mazhab malikiyyah dalam tafsir sowih juga semasa dengan lahirnya firqoh wahabi beliau juga mengatakan bahwa wahabi bagian dari khawaridj “hadzihil ayah najalat firqoh khawaridj alladzina yuharrifuna ta’wilan kitab wa sunnah.
Pada masanya imam asyowi khawaridj ini suka menta’rif tafsirnya tapi sekarang yang dita’rif bukan Cuma tafsirnya tapi nusuzNYA, Mutunul hadist oleh mereka ta’rif. ”Wayas tahinu bi dzalika dima muslimin wa amwalahum”, sebab ta’rif itu mereka menghalalkan darah dan harta kaum muslimin seperti ISIS. “Wahum kama huwa musyahat al an-finawairihim seperti yang disaksikan pada masa sekarang dalam “nahzoirihim” rekan2 mereka “wahum firqotun bi ardin hijaj yuqolu lahu al-wahabiyyah”. Mereka adalah satu kelompok di hijaj yang disebut dengan wahabi.
Demikian juga dalam mazhab as-syafi’iyyah bahwa wahabi bagian dari golongan khawaridj dan mazhab hanabilah mengatakan demikian bahwa wahabi bagian dari khawaridj bukan ahlu sunnah wal jamaah, didalam kitab mazhab hambali namanya ar-rahlah al-hijaziyyah karangan Abdullah al-qo’dumi al-bulusi al-hambali yng menyebut wahabi dari golongan khawaridj.
Dalam masalah ijma ada beberapa hadist yang mengharuskan kita berijma antara lain HR.tirmidzi bahwanya rosulullah sholallahu alaihi wassalam bersabda: “inna llaha laa yajma’u umati ala dholallah wayadullahi ma’al jamaah man sadda-sadda illa nar” sesunguhnya allah tidak akan mengumpulkan umatku atas kesesatan pertolongan ALLAH selalu bersama jamaah,barang siapa yang menguciklan diri atau mengasingkan diri dari jamaah berarti ia mengasingkan dirinya terjun ke neraka.
Hadist ini memberikan pesan bahwa allah tidak akan mengumpulkan umat islam dalam kesesatan artinya apabila kita melakukan kesepakatan maka kesepakatan ini dijamin tidak tersesat atau dijamin benar maka kesepakatan ini sifatnya mengikat dan umat islam harusmengikut kesepakatan ini dan yng tidak mengikut kesepakatan ini menjadi aliran sesat, dalam teori usul fiqh ini disebut ijma, pertanyaannya golongan mana yang konsisten dengan ijma,tentu golongan kita(aswaja).
Dalam at-tafsiru fiddin imam al-mughofar asy-fara’i “wa minha annahum yastamiluna adilata syar’iyyah kitabballah wa sunnata rosulullah sholallahu alaihi wasa’lam wa ijma’a wal qiyas” kita ini dalam dalil2 syar’i konsisten dalam al-quran sunnah ijma dan qiyas.” Wayajma’u fi furu’i syari’ah” dan aswaja menggabungkan antara semua dalil-dalil itu beserta furu-furu syari’ah “wayah tajjuna jami’ah” dan berhujjah dengan kesemuannya.” Wama min fariqin fariqin min kholifihim” dan tidak ada satu golongan diluar kita “illa yarudduna sya’an min hadzihi adillah” kecuali mereka menolak sebagian dari dalil-dalil kita ini, kalau tidak menolak al-qur’an menolak hadist,klw tidak menolak hadist menolak ijma dstnya,,,
Kelompok diluar kita ketika mereka berkata memakai propaganda yang visi misinya kembali ke al-qur’an dan as-sunnah, berkata imam ali: “kalimatu haqqin urida biha bathil” kalimat yang benar tetapi disalah gunakan. Karena yng dimaksud kembali kepada al-qur’an tidak seperti yang ditafsirkan oleh ulama ahli tafsir,bukan…tetapi kembali kepada al-qur’an seperti yang mereka tafsirkan sendiri(logika mereka) dan ayat yang sering mereka pakai untuk menyerang sesama muslim adalah ayat al-yauma akmaltu lakum dinakum dst….jadi klw ada orng maulid katanya haram dilarang oleh al-qur’an, demikian juga tahlilan dengan memakai ayat diatas, semua begitu karena tidak ada lagi ayat yang bisa dipakai untuk menyerang sesama, kata kembali ke al-qur’an tpi Cuma satu ayat yang dipakai,dalam hal tafsir juga demikian memakai tafsir seenak perutnya. Dan yang dimaksud kembali kepada hadist itu sebenarnya tidak kembali kepada hadist seperti yang dipahami oleh ahli-ahli hadist tetapi maksudnya kembali ke satu hadist saja yaitu “kullu bid’atin dholallah” jadinya kemana-mana hanya memakai satu hadist itu, kalau ada yng dzikir mereka berkata qola rosulullah “iyakum wamuh dasatil umur fa inna kulla muhdasati bid’ah,wa kullu bid’atin dholallah” rowahu muslim, jadi rowinya hafal karena Cuma satu hadistnya katanya kembali tapi Cuma satu hadistnya untuk menegur orang yang tidak sepaham dengan pahamnya,
Kita lihat lagi dengan lebih jeli, Apakah wahabi ini konsisten dengan ijma, ketika mereka berkata bahwa tuhan itu duduk di arasy, apa dasar ijmanya,,,??? Ternyata tidak punya dasar ijma sedangkan dalam kitab al-farqu bainal firoq “ wa ajma’al muslimum min ahli sunnah wal jamaah,as-shohabah wat’tabiun al annallah laa yahwi makan walaa yajri alaihi zaman” inikan ijma. Jadi ketika mereka tidak menemukan dasar pake ijma,jadi wahabi ini tidak konsisten dengan ijma ,,,, sekarang kita lihat ulama panutan mereka syekh ibnu taimiyyah, berkata al-imam waliyuddin al-iroqi dalam kitab al-wizba al-mardiyyah al-islah al-makiyyah beliau mengatakan ibnu taimiyyah melanggar ijma ulama dalam sekian banyak masalah sekitar 60 masalah yang berbeda dengan ijma …nah wahabi ini muridnya ibnu taimiyyah tetapi murid yang tidak punya sanad, yang lucunya sanad-sanad wahabi dari kepada ibnu taimiyyah justru melalui ulama2 asyairoh, melalui al-bajuri, ibnu ha’yal al-haitami, dll. jalurnya ke ulama asyairoh ….tidak diketahui apakah sanadnya dibuat2 atau baru mendapat ijazah ?? oleh sebab guru mereka ibnu taimiyyah yang menyimpang dari ulama,biasanya guru itu tidak lebih sholeh dari muridnya, banyakan nakal…karena ibnu taimiyyah melanggar kesepakatan(consensus) ulama maka wahabi berbeda dengan jumhur muslimin dulu dalam 150 masalah mungkin sekarang sudah aksar fa aksar, karena sekarang mereka tiap hari dan waktu mereka selalu mengeluarkan pendapat2 baru,,,dulu awal2 wahabi berkembang dinusantara yang berbeda dengan kita hanya masalah qunut subu dan usholli, tetapi sekarang sudah nambah lagi, apanya yang berbeda cara berdirinya sudah beda, kalau kita(aswaja) dalam kitab2 fiqh antara kaki kanan dan kiri kira2 hanya sejengkal tapi klw wahabi kakinya satu meter atau stengah meter, kalau dulu tangan masih diatas pusat sekarang sudah diatas dada hampir dekat dengan batang leher, kadang wahabinya tidak tau kalau itu adalah pendapat mereka yang baru.
Kemudian ma’na yang ketika menjaga kebersamaan.kekompakan dan kerukunan antar sesame muslim artinya perbedaan dikalangan ulama tidak sampai pada taraf mengkafirkan dan mengfasikkan membid’ahkan antara sesama dasar didalam alqur’an “ INNA LADZINA FARROQU DINNAHU WAKANU SYIYAAH LASTA MINHUM FI SYAI,” orang 2 yang memecah belah agama mereka dan menjadi kelompok2 tidak mau pada kelompok yang lain, kamu(Muhammad) bukan bagian dari kelompok mereka sedikitpun, Dari dasar ayat ini ulama mengatakan umat islam wajib menjaga kebersamaan dan kerukunan tpi bukannya tidak ada perbedaan, perbedaan itu boleh tpi perbedaan yng tidak menimbulkan perpecahan, ini biasa berbeda dalam masalah furu’ nah,,,,, golongan mana yang konsisten dalam masalah ini itulah golongan kita ahlu sunnah wal jamaah asyairoh/maturidiyyah.
Didalam kitab al-farqu bainal firoq; “ AL-FASLU KHOMIS FI BAYANI ISMATILLAHI AHLA SUNNAH ANTAFIRI BA’DIHIM BA’DON AHLA SUNNAH LAA YUKAFFIRUHU BA’DIHIM BA’DON WA LAISA BAINAHUM KHILAF YUJIBU BIHI TABBARI WA TAQFIR FAHUM IDZAN AHLU JAMAAH bahwa ahlu sunnah itu tidak saling mengkafirkan diantara mereka tidak ada khilaf perbedaan yang menimbulkan saling memutus hubungan dan kafir mengkafirkan contohnya mazhibul arba’ah ribuan masalah berbeda, asyairoh dan maturidiyyah juga berbeda.ada yng mengatakan berbeda dalam 12 masalah,ada yng mengatakan 50 dst…..tetapi perbedaan hanya pada furu’ul ushul sekalipun berbeda dalam furu’tpi furu fil ushul, Karena kita membagi ilmu itu ada furu ada juga ushul. Ushulnya aqidah yang furunya adalah fiqh(syariah), didalam furu’ ada ushul yaitu ushulul furu’, didalam furu’ ada ushul ada ushulul furu, jadi perbedaan kita hanya pada taraf furu’iyyah saja, jadi tidak saling mengkafirkan atau membid’ahkan.
Adapun kelompok2 diluar kita, saling mengkafirkan bahwa tidak ada satupun golongan diluar ahlu sunnah wal jamaah kecuali diantara mereka saling mengkafirkan dan memutus hubungan contohnya khawaridj, syiah, mu’tazilah, mereka pecah menjadi banyak golongan,satu dengan yang lain saling kafir mengkafirkan, jadi bukan hanya kita yang dikafirkan tapi kawannya sendiri dikafirkan, khawaridj itu sejak awal berdirinya sudah taqfir, Pada masa imam ali karamallahu wajha, ketika imam ali berangkat perang kepada orang2 khawaridj dinahrowan,ada anggota pasukan beliau yang memberikan usul yaa…amiral muslimin LAA TADZHAB BINA’AN AN, WAIN DZAHABTAKA BINA’AN AN LAHIQOKA WALA HIQO ASHABAKA LADURUN SYADID” amirul mu’minin kalau bisa kita jangan berangkat sekarang bertanya saidina ali, kenapa ..?? kalau kita berangkat sekarang maka kita akan kalah telak, kemudian imam ali bertanya lagi apa dasar ..?? ini menurut penerawangan saya,kemudian saidina ali menjawab ilmu kamu ini tidak dipakai oleh rosulullah, dan saya(kata saidina ali) tidak percaya dengan ilmu primbon kamu,,,nanti kamu ingat baik2,bahwa tentara saya yang akan gugur tidak lebih dari 10 sedangkan tentara khawaridj akan dibunuh semua tidak lebih ada dari 10 yang hidup, dan kamu setelah perang tidak boleh lagi pakai ilmu ini kalau masi pakai saya akan penjarakan,karena ilmu seperti ini ilmu iblis dan iblis itu adalah kafir jadi tidak boleh memakai ilmu ini. Singkat cerita setelah perang diperiksa apakah pasukannya saidina ali berapa yang meninggal ternyata hanya 7orang sedang pasukan khawaridj yang hidup hanya 7orang, karena tinggal 7orng yang hidup maka saidina ali melepaskan orang2 khawaridj,anggota pasukan Tanya kenapa tidk ditahan jawab saidina ali nanti mereka perang sendiri, inilah karamah saidina ali suda bias dilihat watak dan sifat mereka adalah saling mengkafirkan sehingga timbullah pemikiran2 yang radikal, sehingga saat itu khawaridj pecah menjadi 7kelompok.
Adapun wahabi, apakah mereka punya konsep kebersamaan sama dengan kita (aswaja) sebagaimana didalam kitabnya ibnu taimiyyah al-istiqomah; “WAL BID’AH MAKRUNATU BIL FURQOH KAMA ANNA SUNNAH MAKRUNATUN BIL JAMAAH YUQOL AHLU SUNNAH WAL JAMAAH KAMA YUQOL AHLUL BID’AH WAL FURQON bahwa bid’ah identik dengan perpecahan sebagaimana sunnah identik dengan kebersamaan sehingga dikatakan ahlu sunnah wal jamaah sebagaimana hal dikatakan ahlu bid’ah wal furqon artinya tanda2 ahli bid’ah dengan kawannya sendiri saling bermusuhan artinya dengan sesame saling membid’ahkan,kafir mengkafirkan dst,,,
Adapun aswaja ahlu sunnah wal jamaah sebagai yang dijelaskan oelh ulama wahabi yang muassyir syekh Muhammad bin sholeh utsaimin, beliau punya kitab asyara al-aqidah al-wasiqiyyah dalam kitab ini beliau berkata WA SUMMU AHLA JAMAAH LIANNA HUM MUJTAMIUNA ALAIHA bahwa ahlu sunnah wal jamah pengikut jamaah karena mereka bersepakat untuk berjamah WA LI HADZA LAM TAFTARIK FIRQOH karena itu golongan ahli sunnah tidak berpecah belah KAMA TARAQO AHLU BID’AH sebagaimana ahli bid’ah berpecah belah NA JIDU AHLA BIDA’ KAL AJ’JAMIYYAH MUTAFARRIKIN nah…kita lihat apakah jahmiyyah berpecah belah, menurut beliau kita(aswaja) adlah jahmiyyah jawab aswaja dimana kita berpecah belah WALMU’TAJILAH MUTAFARIKIN WAL ROWAFIQ MUTARIKIN WA GHOIRIHIM MIN AHLI TA’TIL MUTAFARIKIN LAKKIN HADZIHIL FIRQOH MUJTAMIATUN ALAL HAQ tetapi golongan ahlu sunnah berjamaah bersepakat pada kebenaran WA INKANA QOD YAHSUNU BAINAHUM KHILAF meskipun diantara mereka kadang terjadi perbedaan LAA KINNAHUM KHILAFUN LAA YADUR tetapi perbedaan yang tidak maddorot (tdk berbahaya) kenapa…??? WA HUWA KHILAF LAA YUDOLILU AHADAHUM AL AKHORO BIHI karena khilaf ini tidak menimbulkan satu dan lainnya berpecahan belah dan sesat menyesatkan.
Dari sini kita lihat apakah wahabi itu sesama mereka tidak pecah belah dan saling sesat menyesatkan,,benar apa tidak….???
Ini ada testimoni pengakuan ulama wahabi dari madinah Prof Dr abdul muhsin bin hamad abad al-badar menulis kitab Rifqon ahla sunnah bi ahli sunnah hlm 49. Beliau menegaskan sesama wahabi telah terjadi tafarruq(perpecahan), khilaf(perselisihan), tab’di(bid’ah membid’ahkan), tahajur(saling tidak bertegur sapa), taqotu(saling memutus hubungan).
Syekh al-bani dari yordania mengkafirkan syekh dari Saudi arabi’ah smith al-ansyori didalam kitabnya: addoifa al-maudhu’ah. Wahabi di Indonesia ditulis dalam buku mereka terjadi perpecahan menjadi 7 firqoh.
Ma’na yang keempat jamaah dengan golongan mayoritas kata ulama WAL JAMAAH HUMUDU SHAWA’UL A’ZAM jamaah adlah mayoritas terbesar kau muslimin, mengapa..??? jamaah kita artikan kelompok mayoritas krn AL JAMAAH ADDADU KULLI SYA’IN WA KASROTUHU sekumpulan apa saja dan jumlahnya banyak karnanya semakin banyak anggotanya semakin mantap jamaahnya, dari sekian banyak hadist rosulullah mewajibkan untuk mengikuti aswanul a’zam dan ini hadist banyak antara lain hadist HR. ibnu majah rosulullah sholallahu alaihi wassalam bersabda: INNA UMMATI LAA TAJTAMI’U ALA DHOLALLAH FA IDZA ROAYITU IKTILAFAN FA ALAIKUM BISSAWA’I A’DAM sesungguhnya umatku tidak akan bersepakat dalam kesesatan oleh karena itu apabila kalian melihat terjadi perselisihan maka ikutilah golongan mayoritas,,,tpi yang sering kita temukan baik diTV, medsos atau youtube hanya paham wahabi karena mereka rajin menulis, masukTV,media dan lain sebagainya.
Jadi ketika kita berhujjah dengan dalil diatas maka oleh wahabi dibantah, menurut mereka golongan yng sedikit (guroba) WA QOLILUN MIN IBADI YA SYAKUN sedikit dari hamba2ku yang banyak bersyukur dan di dalam hadist BADA’AL ISLAMU GHORIBAN WA SYAYAUDU GHORIBAN KAMA BADA GORIBAN FATUBA ANIL GUROBAA islam itu lahir sedikit dan sampai sekarang sedikit dan itulah yg beruntung,,,nah jawaban kita bahwa islam itu lahirnya dari nol dan siapa yg pertama islam, didalam kitab2 tarikh AWWALUBNA MINANNISA KHODIJAH BINTU KHUWAIRID WA MINAL RIJAL ABU BAKR SIDDIQ WA MINA SIBYAN ALI BIN ABI THOLIB itu namanya ghorib karena Cuma tiga orang setelah itu tambah banyak kemudian menjelang kiamat sedikit lagi, nantinya ada perbandingan antara muslim dan non muslim….dan kita ketika dibanding dengan non muslim kita ini sedikit karena umat islam ini seperlima dari penduduk dunia.itu makna yng pertama kemudian yang kedua yg dimaksud dengan GHUROBA sedikit, jdi ada sedikit yang baik dan juga ada sedikit yang tidak baik
Sedikit yang baik bagemana,sebagian ulama menafsirkan AL-GUROBA adalh al- awliyyah wa sholihun ini yang sedikit,,,sedikit dalam arti yang lain WAMAN SYA’DA SYADA ILA NAR barang siapa yng membuat kelompok yang sedikit maka dia menjerumuskan diri keneraka.
Hadist dari imam tirmidzi dari umar ra, rosulullah sholallahu alaihi wassalam bersabda WA TAFTARIKU UMATI ALA TSALASIN WA SAB’INA MILLAH KULLUHUM FINNAR MILLATAN WAHIDA umatku akan terpecah menjadi 73 golongan semua akan masuk neraka kecuali satu golongan yg masuk surga QOLU WAMAN HIYYA YAA ROSULULLAH para sahabat bertanya siapa satu golongan itu wahai rosulullah beliau menjawab MA’ ANA ALAIHI WA ASHABI yaitu golongan yng mengikuti ajaranku dan sahabatku ,,,, pertanyaan sekarang dari sekian banyak golongan yang ada, siapa yg masi konsisten mengikuti ajaran nabi dan para sahabat jelas golongan asyairoh maturidiyyah, didalam kitab idhafusada al-mu’takin mengutip perkataan tajuddin as-subki kemudian beliau mengutip dari al-baihaqi dalam al-risalah al-as’ariyah dikatakan: WAL YU’LAM ANA KULLAN IMAMMAIN ABIL HASAN WA ABI MANSYUR RODIYALLAHU ANHUMA “ LAM YUBDIAH MINAL INDI WAROK WAYAQ WAL MUSTAQO MAZHABA INNA HUMA MUQORIRONI LIMAJAHIBIL SALAF MUDALILANI MAKANA ASHABAL ROSULILAHI SHOLALLAHU ALAIHI WASSALAM harus diketahui bahwa imam abul hasan al asy’ari dan abu mansyur al-maturidi tidak membuat pendapat baru dan tidak menciptakan mazhab baru dalam islam, mereka hanya menetapkan pendapat2 ulama salaf membela ajaran sahabat,,,biasanya ada kelompok tertentu bertanya; kalau memang kamu bermazhab kenapa ikut asyairoh/maturidiyyah kenapa tidak ikut rosulullah saja atau ikut sahabat maka jawaban kita( aswaja) bahwa kedua imam ini tidak menyalahi rosulullah atau para sahabat, tetapi kedua imam ini mampu membuat manhaj atau idiologi untuk membela dan mengokohkan ajaran rosulullah dan para sahabatsehingga ahlu sunnah wal jamaah di nisbat kepada imam asy’ari dan maturidiyyah jadi bukan membuat mazhab baru.
Imam asy’ari membuat konsep sifat 20 bagi ALLAH itu bukan berarti sebelumnya tidak ada tpi mengetahuinya sangat penting karena untuk mempertahankan aqidah kita, yang telah dirusak dan di acak oleh orang mu’tazilah dan mujassima, dengan adanya teori atau konsep sifat 20bagi allah maka bias menepis paham lain jadinya ada sifat salbiyah,nafsiyah dan ma’ani dan ini dasar ada dalam al-qur’an dan hadist itu mazhab asyairoh maturidiyah.
Adapun kelompok2 diluar kita seperti syiah mu’tazilah dan lainnya tidak mengikuti ajaran nabi, syiah tidak menerima hadist2 nabi tpi hanya memakai AKWALMUJAWAROH ALA LISAN A’I MATU ALA AHLU BAIT jadi ucapan2 yang dipalsukan atas nama imam ahlu bait, maka di dalam kitab al-kafi’, kitab tahibul ahkam, ihtisor, dan lainnya bukan hadist nabi tpi qoul ahlu bait jdi tidak mengikuti nabi dan mengkafirkan sahabat, demikian juga mu’tazilah, khawaridj takfir kepada para sahabat, nah ,,,,, kalau wahabi bagemana ,,, ?? apakah mereka mengikuti ajaran nabi dan para sahabat, jadi kita lihat ajaran pokoknya ternyata mereka mengkafirkan sesame muslim diluar paham mereka, jadi konsep memngkafirkan sesame muslim apakah ajaran nabi apa tidak ,,, ?? syekh abdul azis bin baz dalam kitabnya majmu fatawa: bahwa mayoritas umat islam kembali ke agama jahiliyyah, terjerumus dalam berbagai macam syirik, dan tidak mengerti makna kalimat tauhid itu kata syekh bin baz,,, nah apakah konsep pengkafiran ini sesuai dengan ajaran nabi,, ?? jelas tidak sesuai, mengapa tidak sesuai …
Karena dalam hadist2 mayoritas umat islam tidak akan syirik sebagaimana HR.imam muslim saidina uqba bin amir, qola rosulullah: INNI LASTU AHSYA ALAIKUM AN-TUSYRIKU BA’DI sesungguhnya aku tidak khawatir kalian akan syirik sesudahku WALA KINNI AHSYA LAIKUMU DUNIA ANTANAFASU FIHA namun aku khawatir kalian akan memperebutkan dunia untuk saling membunuh WATAK TILU WATAFTIHU KAMA HALAKA MANKANA QOBLAKUM dalam hadist lain ALLA YA’ROFU UMMATI JUMLATAN BA’DONIHA aku berdoa kepada allah agar umatku tidak kafir secara masalah atau mayoritas, jadi mayoritas umat tidak akan kafir secara massal sudah ada jaminan dari rosulullah sholallahu alaihi wasalam,,,,
Adapun istighosa, tawassul dan tabaruk telah dianjurkan oleh para sahabat yang dikafirkan oleh golongan wahabi, syekh abdul azis bin baz dalam taqlik fathul bari’ mengatakan AN- NAMA FAHALA HUWA ROJUL MUNKARATUN WA WASILATUN ILA SYIRKI ini bilal bin hani al-murjani karena beristighosa, oleh orang wahabi di syirikan dan termasuk saida aisya rodiyallahu’anha karena menganjurkan tabaruk dengan makam rosulullah sholallahu alaihi wasalam, dan yang disepakati syirik abdul bin umar karena beliau rajin bertabaruk dengan atsar al-anbiya, maka oleh ibnu taimiyyah dan oleh pengikutnya sampai sekarang dikatakan syirik, karena oleh kita bahwa wahabi tidak iku ajaran sahabat(shalafusholeh), karena para sahabat di syirikan jadi ada banyak sahabat rosul yang di syirikan oleh wahabi,,,,dan mereka bersembunyi dalam slogan kembli ke al-qur’an dan hadist padahal hanya mengambil sesuai dengan akal pikiran mereka.
Dalam hal bid’ah hasanah mereka orang2 wahabi tidak mengakui sekalipun bid’h hasanah datang dari sahabat nabi sholallahu alaihi wasalam sebagai dalam hadist jum’ul qur’an: qola umar INNI LA ARO TAZMA’AL QUR’AN abu bakr saya berpendapat bagaimana dalam penghimpunan al-quran qola abu bakr’ KAIFA AF’ALU SYAI’AN LAM YAF’ALU ROSULULLAH SHOLALLAHU ALAIHI WASALAM bagemana saya akan melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan oleh rosulullah berarti bid’ah qola umar HUWA WAW LLOHI KHOIR demi allah perkara ini baik, berarti hasanah kemudian keduanya sepakat dan datng kepada zaid bin shabit, untuk ditugaskan menulis al-qur’an zaid berkata: KAIFA TAF’ALANI SYA’AN LAM YAF’ALUHU ROSULULLAH SHOLALLAHU ALAIHI WASALAM bagaimana tuan berdua akan melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan oleh rosulullah, lalu berkata abu bakr dan umar HUWA WAWLLOHI KHOIR demi allah hal ini baik, lalu zaid menghimpun al-qur’an berarti bid’ah hasanah sudah terjadi dimasa para sahabat sepeninggal rosul. Dari hasil kesepakatan tiga orang sahabat saidina abu bakr,umar,dan zaid bin tsabit, dan para sahabat lainnya juga setuju. Karena mengikuti mereka berarti mengikuti rosul karena mereka khulafa’u rosyidin ALAIKUM BI SUNNATI WA SUNNATI ULAFA’I ROSYIDIN ,,,,,dan hadist yng lain IQTADU BI LADZAINI MIN BA’DI ABI BAKR WA UMAR ikuti dua pribadi abu bakr dan umar setelahku.
Jadi wahabi ikut mazhabnya imam ahmad bin hambal tapi tidak semua pendapat beliau diambil, kemudian sudah dipersempit dengan pendapatnya ibnu taimiyyah tpi tidak semua pendapat ibnu taimiyyah diambil, dipersempit lagi kepada pendapat Muhammad bin abdul wahab an-nadj’ lebih dipersempit lagi mengambil pendapat al-bani jadi semakin lama tambah sempit wahabi itu tpi ngakunya salaf,,,,pendapat ibnu taimiyyah yang berbeda dengan para sahabat dianggap salaf, pendapat abdul wahab yang berbeda dengan ibnu taimiyyah dianggap salaf jadi salaf itu Cuma nama, karena kalau ada yang suka kasih nama2 islam yang diambil dari nama salaf biasanya itu dari wahabi.
Hadratusyekh kh.hasyim asy’ari didalam kitabnya Risalah ahlu sunnah wal jamaah mengatakan qola shihab al-qo’fazi rohimallahu ta’ala berkata FI NASYINI RIYAD WAFIRQOTUN NAJIAD WAHUM AHLU SUNNAH WAL JAMAAH HUM ABUL HASAN ASY’ARI WAJAMA’ATUHU AHLU SUNNAH WA’A’I MATU ULAMA LI ANNALLAH TA’ALA JA’ALA HUJJATAN ALAL KHOLQI WA ILAIHIM TAJMA’UL AMMA FI DINNIHIM. Kita dikatakan ahlu sunnah wal jamaah karena ALLAH menjadikan ulama2 kita sebagai hujjah atas mahkluqnya dan hanya mereka yang menjadi rujukan kaum muslimin dalam urusan agama, jadi maroji umat islam itu adalah asyairoh/maturidiyyah, ini ada dasarnya HR. khotib al-bagdadi dan ibnu assakir rosulullah bersabda: YAHMILU HADZA ILMA MIN KULLI KHOLOFIN UDULUHU YANFUNA ANHU TA’RIFAN GHOLIN WAMTIHALA MUFTILIN WATA’WILA JAHILIN ilmu agama ini akan disampaikan atau disebarkan oleh orang2 terbaik dalam setiap generasi, mereka akan membersihkan ilmu agama dari distorsi pemalsuan yang ekstrim dan kebohongan mereka yang bermaksud jahat dan penafsiran mereka yang bodoh. Jadi hadist ini memberikan pesan bahwa para ulama yang menjadi rujukan atau penyambung lidah ilmu agama itu adalah golongan terbaik pertanyaannya,,,, ulama golongan mana yang menjadi rujukan islam dalam berbagai disiplin keilmuan,,, ???
Ibnu assakir dalam taqzinul dinil khotib beliau mengatakan WA AKSARUL ULAMA FI JAMI’IL AKTORI ALAIHA AI ALA MAZHABIL ASY’ARI WA A’IMATU ANSHOR FI SYA’IRI AKTOR YAD’UNA ILAH WA MUNTAHILU HUM ALLADZI ILAIH MA’DAROL AHKAM WA ILAIHIM YURJA’UN MA’RIFATI HALALI WAL HARAM WA HUM ALLADZI YUFTUN’NA NAS FI SI ABIL MASAIL WAYA’ TAMIDUL KHOLQU FI DHOI MUSYFILA WANAWAJIL WA HAL MINAL FUQOHA MINAL HANAFIYYAH, MALIKIYYAH, SYAFI’IYYAH ILLA MUWAFIKUN LAHU WA MUNTASIBU ILAIH. Mayoritas ulama diseluruh wilayah mengikuti asy’ari, para imam diseluruh kota memakai mazhabnya karena beliau adalah yang menjadi rujukan hukum2 agama, karenanya mazhab asyairoh maturidiyyah diikuti oleh mayoritas ulama ahli tafsir,mayoritas ulama ahli hadist, ahli fiqh, ahli aqidah, ahli sejarah, ahli nahwu, ahli tasawuf, ahli bahasa, dan ahli berbagai bidang,,,,, makanya kitabnya aqidah wahabi: fatul majid syara kitabi tauhid karya Abdurrahman bin hasan bin muhamad bin abdul wahab itu banyak mengutip ulama2 asya’iro seperti perkataan imam an-nawawi, hafizh ibnu hajar, imam shuyuti dan lainnya yang tadinya mereka kafirkan dan dimusyikkan ternyata menggunakan pendapat sebagai rujukan mereka.
Ditimur tengah ulama2 wahabi ketika mengajarkan ilmu nahwu tingkat dasar jurumiyyah karangan Muhammad bin suleman bin ajrun almaliki al-Asyari as-syufi, kalau diperguruan tinggi al-fiyyah ibnu malik juga karangan as-syafi’iyyah as-syufi pengarangannya di syirik2kan tapi karangannya dibuat rujukan, orang2 syiah juga begitu dan jaidiyyah,,,,yang sumbernya dari asyairoh semua. Tetapi kita asya’iroh tidak ada mengambil pendapat dari ulama2 diluar dari mazhab asyairoh,, jadi kita(aswaja) tidak belajar pendapatnya qola ibnu taimiyyah apalagi dipesantren2 jadi seandainya tidak ada fitnah wahabi mungkin kita tidak kenal dengan ibnu taimiyyah atau ibnu qoyyin jauziyyah atau ulama wahabi lainnya karena para ulama ahlu sunnah tidak menyinggung ulama lain, bahkan ulama kita diakui oleh golongan wahabi didalam desertasi dari riyad mauqif ibnu taimiyyah minal asyairoh karangan ulama wahabi prof dr Abdurrahman bin sholeh al-mahmud didalam kitab ini dia mengatakan WAMIN ASBABIL INTISYARI MAZHABIL ASY’ARI ANNA JAMROTAN MINAL ULAMA’I I’TAMADU HUWA NASHORU diantara sebab2 tersebarnya mazhab asy’ari mayoritas ulama berpegangan, mengikuti dan membela mazhab WA KHOSO FUQOHA WAL MALIKIYYAH WA SYAFI’IYYAH AL MUTAAKHIRIN tapi perkataan Dr ini ada kritikan dalam ungkapan,,,,
Posisi asyairoh dalam mazhaib arba’ah dari imam hanafi,maliki, syafi’I dan hambali menisbatkan diri pada mazhab asyairoh karena para penganutnya yang memang memegang hukum2 agama dan menjadi rujukan dalam pengetahui halal dan haram, dan memberikan fatwa kepada manusia dalam soal2 yang rumit, umat islam berpegang kepda mereka dalam segala problematika dan persoalan actual para ulama fuqoha dari mazhab hanafi, maliki, dan syafi’I menyetujui asy’ari dan menisbatkan diri pd nya atau rela berjuang dalam hal terpuji demikian perkataan ibnu assakir.
Imam tajjudin as-subki, hubungan fuqoha dan mazhaib ar’ba beliau berkata: DZAKARA SYAIKHU WA SYAIKHUL ISLAMI IJJUDIN BIN ABI SALAM “ANA AQIDATA IMAM AL ASY’ARI IJTAMAAL ALAIHA WAL FUQOHA AS-SYAFI’IYYAH WAL MALIKIYYAH WAL HANAFIYYAH WAFUDOLA’U HANABILLAH WAQOFAHU ALADZALIK MIN AHLI USYRIH SYEKHUL MALIKIYAH WA ZAMANI ABU AMAR BIN HA’YIL WA SYEKHUL MALIKIYYAH JAMALUDDIN AL-KHUSYAIRI jadi mazhab syairoh disepakati oleh imam mazhab asyafi’iyyah, malikiyyah, hanafiyyah dan fudola hanabilah.
Dalam mukkadimah taqdim kizbil mumtarikh, peta pemikiran asyairoh setelah abad pertengahan, INNA MALIKIYYAH WA SYAFI’IYYAH KAFFA WA TSULUSAL HANAFIYYAH WA KISMUN MINAL HANABILAH ALA MAZHABIL IMAM ASY’ARI FIL MU’TAQOT HADZIHIL BAQILLANI jadi seluruh mazhab malikiyyah syafi’iyyah dan sepertiga hanafiyyah dan sebagian hanabilah mengikuti mazhab asy’ari sejak masa al-baqillani WA TSULUSANI MINAL HANAFIYYAH ALA ABI MASYUR ALA MATURIDI dua pertiga atau 65% dari hanafiyyah mengikuti mazhab maturidi. WA BA’DUL HANABILLAH KANA MIN AHLI TAFWID WA TARKIL AUF FI UMURI MUTASYABIH sebagian hanabilah termasuk ahli taqwid dan tidak membicarakan hal2 yang mutasyabih, tidak mujjasima tpi ahli tafwid jadi ma’nanya diserahkan kepada allah seperti yang di ikuti oleh banyak hanabilah seperti imam ibnu qudamah dan lainnya,,,
Adapun hanabilah KANA GOLIBUL HANABILAH ALA TA’AKU BIL KURUN ASYAWIYATAN MUSYABIHATAN ALA TORIKATI SALIMIYYAH WAL KAROMIYYAH mayoritas hanabilah dalam sepanjang generasi itu pengikut hasyabiyyah,mengikuti metodologi aliran salimiyyah dan karomiyyah. ILA ANJA’A DZHO’I BA’I BARES QODTO AL QUDHOT BIL MAZHIBIL AR’BA LI AWALI MARRO’ hingga akhirnya sultan dzohir ba’i bares ini menjadi qodhil qudhot mazhab arba’ah, jadi tiap mazhab ada hakim agung pertama FA’TOSOLU BIL ULAMA BI AHLI SUNNAH sejak saat itu hanabilah mulai berkomunikasi dengan ulama ahli sunnah WUFA WIDUNAHU AL-ILMAH mereka juga berdiskusi tentang ilmu FA’A KHOTAD TADULU ANRODUHUM AL BID’IYYAH sehingga penyakit2 bid’ah musyabihah mereka mulai berkurang WA KADJA ALA YABQO BAINAHUM HASAWI dan hampir saja habis golongan hasyawiyyah dikalangan hanabilah LAULA JALIATU HARRON BA’DA NAKABATI BAQDHOT seandainya tidak ada imigran dari harron keluarga ibnu taimiyyah setelah musibah di baqdad HAKKURA LAHUM BI SYAM dan mengarahkan perjalanan mereka ke syam WANABAGIN BAINIHIM ROJULUN HASUNAT NA’ATUHU FI THOLAD diantara mereka ada seorang laki2 yang bagus pertumbuhannya dalam mencari ilmu ALA DZAKA’IN WAHA FI DHOTIN WA SYAMTIN orang ini sangat cerdas kemudian hafalannya juga kuat dan penampilannya juga bagus. Nah ,,,, dari imigran ini lahirlah ibnu taimiyyah yang berhasil mengembalikan hanabilah menjadi hasyawiyyah lagi. Sebenarnya hanabilah akan bersih tapi dengan hadirnya ibnu taimiyyah maka aliran hasyawiyyah hidup lagi,,,, penyakit itu sekalipun sedikit tapi dia bias menular kemana-mana dan ini sejarahnya.
Kemudian posisi asyairoh dikalangan ahli hadist, pertama kita harus tahu aqidah ahli hadist tidak memiliki mazhab tertentu yang menyatukan paradigma mereka dalam satu mazhab baik dalam bidang fiqh maupun bidang aqidah, jadi ahli hadist itu tidak satu mazhabnya. Kitab-kitab tentang rijalul hadist dan biografi ahli hadist menyebutkan dengan gamblang bahwa diantara perowi hadist ada yang mengikuti mazhab syafi’i, maliki, hanafi dan ahmad bin hambal dan mazhab2 yang lain dalam bidang aqidah ada yang mengikuti aliran syiah, khawaridj, murjiah, mu’tazilah, mujassima, asyairoh, maturidiyyah, dan lainnya. Makanya klw wahabi mengklaim ahli hadist, maka kita bertanya ahli hadist mana yang anda ikuti karena ahli hadist itu mazhabnya banyak, kemudian mayoritas ahli hadist mengikuti mazhab syafi’i, dan dalam bidang aqidah mengikuti mazhab asy’ari maturidi presentasenya 90%. Oleh karenanya imam abu masyur al-bagdadi didalam kitabnya al-farqu bainal firoq menjelaskan TSUMA BA’DAHUM SYAIHUM NADZOR WA IMAMUL AFAQ WA JADAL WA TAHKIQ ABU HASAN ALI BIN ISMAIL AL-ASY’ARI ALLADZI SORO SAZAN FI HURUKKI QODORIYYAH WA QOD MALA ADDUNIA FI KUTUBU WAMA RUDJIQO AHADU MUTAKALIMIN MINA TABA’I QOD RUJID LI ANA JAMI’AH AHLI HADIST WA KULLAMAN YATAMA’ZAL MIN AHLI RO’YI ALA MAZHABIHI pada generasi berikutnya guru besar pemikir pemimpin dalam berbagai daerah, dalam hal perdebatan dan penelitian yaitu abul hasan al-asy’ari yang telah menjadi kesedihan dalam kerongkongan kaum qodoriyyah buku2nya telah memenuhi dunia tak seorngpun dari ahli kalam yang memiliki pengikut sebanyak pengikutnya karena semua ahli hadist dan semua ahlu ro’yi yang tidak ikut mu’tazilah, mengikuti asy’ari.
Qoul imam tajjudin as-subki beliau berkata: WAHUWA YA’NI MAZHABAL ASYAIROH MAZHABUL MUHADISSIN QODIMAN WAHADISTSA mazhab asyairoh adalah mazhab ahli hadist dulu dan sekarang, siapa saja mereka dalam ahli hadist yang popular mengikuti asy’ari antara lain: ibnu hibban, addaraqutni, abu nu’im, abu jarhalawi, al-hakim, al bagdadi, al baihaqi, abu amar addani, abu thohir assilafi, assam’ani, ibnu assakir, ibnu qodi iyat, ibnu sholah an-nawawi, ibnu abdil bar, ibnu abijamroh, alkirmani, almunziri, aldimyati, aliroqi, alhaitami, ibnu hajar asqollani, shahabi, suyuti, al qostholani, al ubi alqori dll,,,,dan wahabi mengakui itu bahwa banyak ahli hadist yang ikut asyairoh, Didalam kitab mereka seorng ulama Saudi yang radikal manhajul asyairoh fil aqidah syekh safar bin Abdurrahman al-hawali didalam kita ini, dia mengatakan: ketika dia membantah perkataan syekh assabuni permasalahannya lebih besar dan lebih serius dari itu,permasalahan bid’ah yang memiliki eksistensi nyata dalam pemikiran islam, dimana mazhab ini telah memenuhi sebagian besar kitab2 tafsir, syara2 hadist, bahasa, balaghoh dan ushul, lebih2 kitab-kitab aqidah sebagaimana mazhab tersebut telah memiliki universitas terbesar dan akademi yang tersebar disebagian besar negara2 islam, mulai dari Filipina samoai Senegal. Jadi wahabi mengakui kita ini mayoritas.
Kesaksian ulama terhadap asyairoh, al-hafiz al-baihaq didalm tajqinul qidbil muftarikh beliau mengatakan: ILLA AN BALAGHOTI NAUBAH ILA SYEKHHINA ABUL HASAN AL-ASY’ARI WALAM YUHDIST FI DINI LLAHI HADASTSA WA LAM YA’TI FI BID’AH BAL AKHODZA TA’WILA SHOHABAH TABI’IN WAMAN BA’DA HU FIL ILMAH WA MAN BA’DAHU FI USHULUDDIN FANASSHOROHO BI ZIADATIN WATABYYIN
Kemudian qoulnya ibnu assakir WA LASNA NU SALLIM ALA ABAL HASAN IKHTOR MAZHABAN KHOMISA WA’INNAMA AQOMIL MAZAHIBIL LI AHLI SUNNAH MASYORO INDAL MUBTADI’ DARITSA WA AU’ DHOHAN MIN AKWALI FAQOD’DOLALAHU MINAL ARBA’AH WA GHOIRIHIM MA GOTHA MUSTABISA WAJA’DADA MIN MAALI ASSYARIAH MA ASBAHA MANIDTABIHA WA MUMTARIKH MANISSALIMA ILLA KHOMISA ALA AKHIRIHI.
Jalaluddin ad’dawani AL-FIRQOTUN NAAZIYYAH AL-ASSYAIROH dan as-safarini al-hambali: mengakui asyoiroh: AHLU SUNNAH WAL JAMAAH TSALASU FIROQ YANG PERTAMA AL-ASYARIYYAH imamnya ahmad bin hambal yang kedua AL-ASY’ARIYYAH wa imamuhum abul hasan asy’ari dan yang ketiga AL-MATURIDIYYAH.
Imam al-haddad yang popular didalam kitabnya nailum marom: I’LAM ANNAMA MAZHABAL ASYAIROH FI I’TIQOD HUWA WAMA KANA ALAIHI JAMAAHHIRU UMATI ISLAMU ALAMA UHA WA DUHAMA UHA QIDBIL MUNTASIBUNA IYALIHIM WASALIKUNA ROQIKOHUM KANU A’IMATA AHLI ULUM QOHDIBATAN ALALMARRI AYYAM MUHSININ dan dalam kitab wirasyotul muawana.
Ada juga fatwa wahabi ulama madinah Dr. abu muhammah al-gunaiman dia berkata: JAMI’UN SYURO’I BUKHORI AL-ASYAIROH semua pensyarah bukhori pasti mazhabnya asy’ari, pertanyaan mengapa asyairoh mengarang syuro hadist karena mujassima tidak bisa mengarang syara hadist yang berkeyakinan tuhan ada dilangit, jadi klw mereka mengarang hadist maka akan berhadapan dengan hadist yang mengisyaratkan bahwa tuhan tidak ada dilangit, nah,,,, kalau sudah ketemu dengan hadist tersebut mereka tidak bisa ta’wil karena menurut pemahaman mereka bisa kufur, karena menurut mereka ta’wil itu kufur, kalau tidak di ta’wil berarti tuhan tidak ada dilangit, kalau menyatakan demikian kufur lagi, jadi bingung akhirnya mereka tidak menulis syara’, asal tidak bingung pokoknya yakin tuhan ada dilangit,,,,selesai hehehe…
Kemudian manhaj ulama asyairoh didalam menulis aqidah, ini manhajnya ada tiga: minhajul mutakallimin, yaitu manhaj AQLI seperti aqidatul awwam, kifayatu awwam, sanusiyyah, ummul barohim, atau kitab2 sebelumnya seperti qutubul gojali: al-I’tiqot fil I’tisol, iljamul awwam, an-ilmil kalam, atau kitab2 fahruddin arrozi, atau sebelumnya kitabnya imam haromaini a’juwaini: seperti assamil fi ushuluddin, atau rekan beliau imam rozi al-isyaroh, itu semua kitab2 manhaj aqli, kemudian ada manhaj NAQLI, ini asyairoh tapi manhajnya ahli hadist untuk pendekatan ahli hadist seperti kutubul baihaqi seperti: al-I’tiqod ala mazhabil salaf ahli sunnah wal jamaah, ada juga kitabnya al-asma wa sifat’, nah,,,,, kitab ini disayingi oleh wahabi, dengan judul kitab al-asma’u wa sifat li syekhul islam ibnu taimiyyah, pada hal ibnu taimiyyah tidak punya kitab itu, Cuma mengambil kalam2 ibnu taimiyyah dikitab2 dikumpul kemudian dibuat satu buku dengan judul al-asma’u wa sifat lil imam syekhul islam ibnu taimiyyah untuk menyaingi kitabnya imam baihaqi, kemudian imam baihaq menulis juga kitab: isbatul azabil kabr’ wasualu malakain, kitabul khoqo’ wal khoqor ini kitab manhaj ahlu hadist dll,,,,
Manhaj hadist al-imam abu amar addani kitabnya satu ar-risalah al-wafi’ah fil I’tiqod lil ahli sunnah wal jamaah,,,,ini kitab manhaj asyairoh tpi sudak dirusak oleh wahabi, kitab ini di tahqiq diterbitkan oleh orang2 wahabi yang dibwahnya banyak catatan kaki, setiap imam baihaqi mengatakan ahli sunnah YA’ TAQIDHU KADZA WA KADZA dibawahnya ada ta’liq HADZA I’TIQOD BATHIL MUKHOLID AHLI SUNNAH WAL JAMAAH QOLA SYEKH ISLAM IBNU TAIMIYYAH KADZA WA KADZA,,,,,jadi nanti di belakang setelah imam baihaqi menjelaskan adillah2 ahli sunnah waljamah, sang pengtahqik diam (yaskut) artinya klw bathil maka dalilnya juga dipersalahkan tpi tidak bias menyalahkan bisanya Cuma mengganggu, dan kitapun sulit beli kitab karena semua kitab sudah ditahqik oleh ulama2 wahabi semua, contohnya fath bar’ terbitan yang ada sekarang semuanya sudah ditahqik oleh bin baz, klw bukan muhhibudin al-hkotib.
Adapun satu kitab manhaj asyairoh yang di klaim itu kitab karangan wahabi, yaitu syara ushul I’tiqod ahli sunnah wal jamaah karangannya al-alaka’i tpi sekarang yang rajin menerbitkan adalah wahabi kemudian ada juga kitab manhajul sufiyyah penulisan I’tiqodnya asyairoh sesuai dengan manhaj sufi’ yang ditulis imam al-qusairi dalam kitan al-risalah al-qusairiyyah, dibagian awal menuliskan I’tiqod sufiyyah kemudian al-maqollat al-mutanafirod yang ditulis oleh abu nu’im dalam kitabnya hilyatu awliyah ini kitabnya manhaj sufi,,,
nah.,,,,sekarang ini kita penting menulis kitab2 asyairoh al-jami’ bainal manhaj’jain manhaj aqli kemudian juga manhaj naqli, jadi kita penting untuk menulis penjabaran sifat 20 bagi ALLAH, ada dalil aqlinya juga ada dalil naqlinya,karena sekarang kita oleh wahabi diserang pake dalil naqli, seperti dikatakan sifat 20 tidak ada dalam al-qur’an maupun hadist, jadi jawaban kita rukun sholat yang 17 juga tidak ada dalam al-qur’an maupun hadist, jadi hal ini sesuai dengan disiplin ilmu atau kesimpulannya para ulama atau suatu metodologi.
Alhamdulillah part 1 selesai,,,,,,,,,,,,
Wahabi mengklaim bahwa mereka ahli hadist tetapi hadist yang mereka gunakan hadist ulama asyairoh biasanya mereka menjawab secara aqaliyyah seperti mengatakan menetralisir ke asy’ariyyah ulama hadist yang mengikuti mazhab asy’ari seperti mengatakan imam al-baihaqi,imam nawawi,ibnu hajar dan lainnya bukan pengikut mazhab asy’ari hanya saja sekian pendapat mereka sama dengan asy’ari. Jadi menurut mereka ahli hadist itu bukan bermazhab asy’ari tpi hanya pendapatnya yang mirip asy’ari, sebenarnya apa bedanya pengikut dan yang di ikuti,,,, ?? tetapi strategi ini ditolak oleh internal wahabi sendiri karena bertentangan dengan fakta dan realita sejarah, kemudian juga wahabi menolak peran hadist dhoif dalam segala hal baik dalam konteks ahkam maupun fadailul amal, dan strategi ini dipelopori oleh syekh al-bani dan murid2, mereka anti hadist dhoif karena ingin menampilkan sebagai ahli dibidang hadist dan hadist yang dipakai harus hadist shohih,sedangkan para ulama sejak generasi salaf menerima peran hadist dhoif baik dalam fadhoilul amal maupun ahkam jadinya kalau mereka(wahabi) ahli hadist mengapa tidak menerima hadist dhoif karena para ulama terdahulu menerima hadist dhoif, yang jadi pertanyaan mereka ikut ahli hadist siapa ,,, ???? yang anehnya sekarang nama mereka tiap ahli hadist sudah diganti ke arab2-pan sehingga terlihat dari cassing memang pengikut salafu sholeh, jadi penampilannya saja yang sholeh tapi isi,,,, ??
Dan peran ulama2 wahabi sebelumnya al-bani, menerima hadist dhoif didalam kitab2 mereka seperti syekh ibnu taimiyyah, ibnu qoyyim jauziyyah, dan pengikutnya banyak menyebarkan hadist dhoif dan palsu dalam kitab2 mereka,
Adapun asyairoh dalam hal tasawuf banyak mengambil kitab dari imam al-ghozali seperti: ihya ulumuddin, biasanya wahabi menyerang kita bahwa kitab ihya tidak boleh dipakai karena banyak hadist palsu, jawaban kita bagemana ,,?? Yang palsu itu ada berapa bisa dihitung dengan jari, dan yang banyak itu hadist dhoif,dan hadist dhoif itu dipakai didalam targib wa tarhib, jadi tidak maslah kita menggunkan hadist dhoif dan kalau memang disetiap kitab ada hadist dhoifnya, inikan bukan hanya kita ihya, ada seorng ulama yang sangat keras dalam mengtahsih hadist yaitu imam abdul farodj ibnu jauzi beliau mengarang kitab al-maudhu’at 3 jilid, saking ketatnya ada hadist imam muslim yang di maudhu kan oleh ulama ketat ini, ulama2 lainnya mengklaim karena ibnu jauzi keterlaluan, juga 4 hadist dari musnad imam ahmad bin hambal juga di maudhu kan, ibnu jauzi juga mengarang kitab2 tasawuf, tetapi tidak selektif, mungkin terbawa perasaan kesufiannya, hadist yang dhoif bahkan maudhu pun dipakai, demikian juga syekh ibnu taimiyyah: HADZAL HADIST KITDBUN BI IJMA’I MUHADISSIN dan ini kebiasannya ibnu taimiyyah begitu kalau ada hadist yang tidak cocok dengan pemikiran langsung dibuatkan catatan kaki seperti yang disebutkan diatas, tetapi kadang dalam kitabnya hadist2 yang dhoif yang nyambung dalam pikirannya dipakai bahkan kadang yang palsu pun dipakai, syekh ibnu qoyyim juga begitu.
Kemudian mereka juga rajin didalam menyebarkan riwayat dan kitab palsu tentang aqidah mereka, dan di nisbatkan kepada ulama salaf dan ahli hadist contohnya seperti aqidatul imam asyafi’I, jadi para jamaah haji ketika kembali ketanah air diberikan buku imam 4, aqidatul a’imati arba’ah salah satunya aqidahnya imam syafi’I dan ini kata ulama ahli hadist dalam kita lisanul mizan, mizanul I’tidal, dan dalam kitab tarikh madinatu dimasqo’,tarikh bagdad, semuanya mengatakan ini adalah maudhu palsu, dan wahabi tahu ini hadist palsu Cuma karna hadist ini cocok dengan pemikiran mereka, yaitu aqidah mujassima maka disebarkan kitab ini, a’roddu ala mujassima mansuf li ahmad bin hambal, kitabu ru’ya wa sifat mansuf ila addaroqutni kitab ini juga palsu.
Hubungan wahabi dengan ibnu taimiyyah sebenar bagemana,,,?? jawaban kami bahwa hubungan pemikiran kaum wahabi dengan salaf, berawal dari pendiri mazhab hambali yaitu imam ahmad bin hambal adalah tokoh phenomenal yang berdiri dipersimpangan jalan kaum ahlu sunnah yang mengklaim ahlu sunnah baik asyairoh maturidiyyah disatu pihak maupun hulatu hanabilah mujassima hasyawiyyah dipihak lain, sama2 pengikut ahmad bin hambal. Para ulama mengatakan ROJULANI SHOLIHANI BULIYA BI’ ASHABI SU’ JAFFAR BIN MUHAMMAD WA AHMAD BIN HAMBAL dua tokoh yang sholeh yang reputasinya dirusak para pengikut yang jahat, imam jaffar bin Muhammad as-shodiq dirusak oleh orang2 syiah, imam ahmad bin hambal dirusak oleh orang2 hasyawiyyah (mujassima). Oleh karenanya mazhab hambali idiologinya pecah, ada kelompok mudaz’ziha diantara asyairoh tokohnya mu’aqil al-hambali rizkullah bin Muhammad at-tamimi temanya imam al-baqi’llani, dan ibnu aqil ini muridnya imam abu ishak assiroji kemudian ibnu jauzi.
Adapun kelompok mujassima ada abu ali al-balbahari’ dan abu ya’la al-farro al-bagdadi serta ibnu ba’thoh, ini tokoh2 mujassima. Dan aqidah mereka ini tarik menarik tpi sama2 mengaku kami yang hambali tpi beda, nah,,,,,, dari dua faksi ini ada perbedaan dan juga ada persamaan. Adapun perbedaannya keduanya berbeda:
1. Dalam hal aqidah seperti tentang ta’wil ayat dan hadist mutasyabihah dalam sifat menetapkan sifat2 habariyyah dalam tema aqidah lainnya. Persamaannya sama2 mengikut ajaran tasawwuf jadi ciri2 mereka itu sebenarnya sama2 sufi, sama2 ziarah kubur, istighosah, tawassul dan tabarruk. Ibnu taimiyyah meradikalisasi aqidah mazhab hambali menjadi tasyadud’, dengan mendukung aliran hulatul hanabilah yang cenderung tajassima dan mengikuti aliran karomiyyah, dibela mati2 oleh ibnu taimiyyah di dalam kitab2nya.
2. Membunuh suara fuhdholaul hanabilah yang diwakili oleh ibnu jauzi yang beraliran munazihah,
3. Mengharamkan ziaroh maqom nabi sholallahu alaihi wasallam,ziarah maqom wali, tawassul, tabarruk dan istighosah dan fatwa-fatwa lain yang keluar dari mazhab.
Meskipun demikian, ibnu taimiyyah sepenuhnya tidak melarang tradisi kaum sufi’ seperti baca qur’an dikuburan, membolehkan majlis dzikir , membolehkan maulid dan tahlilan, dalam kitab majmu’ fatawanya.
Kemudian pada abad ke-12 ada radikalisasi jilid 2, yang lebih radikal lagi. Ditangan Muhammad bin abdul wahab, yang meradikalisasi pemahaman ahmad bin hambal dengan versi ibnu taimiyyah, Cuma Muhammad bin abdul wahab tidak terlalu menguasai masalah tanzih dan tajsim, tapi lebih condong pada menghukuman yang berhubungan dengan kuburan dan orang mati(mayyit). Yang oleh ibnu taimiyyah diharamkan ziarah kubur, tabaruk, istighosah dan tabaruk, maka oleh abdul wahab dinaikan status hukumnya menjadi syirik akbar dan kafir. Kemudian beragama tradisi yang dibolehkan oleh ibnu taimiyyah seperti baca qur’an dikuburan, tahlilan, maulid, dan dzikir bersama. Yang dulu asalnya boleh maka oleh abdul wahab dinaikkan status hukumnya menjadi haram, tapi muhamad bin abdul wahab masi membolehkan talqin didalam kitab “ahkam tamanil maut” itu masih boleh, nah….wahabi yang sekarang sudah melarang hal itu. Bahwa talqin sudah dihukumi haram, apalagi syekh al-bani yang mengganggap syekh ibnu taimiyyah bodoh, sehingga masyarakat pada waktu itu marah pada ibnu taimiyyah dimasanya al-bani yang terang-terangan mengatakan: ANA SYEKH MUHAMMAD BIN ABDUL WAHAB JAAHIL, BIL ILMIL HADIST JAHLAN BALIGHOG.
Fatwa ibnu taimiyyah didalam kitabnya: AL-IJTIMA’ LI DZIKRILLAH WAS TIMA’U KITABIH AMALUN SHOLEH HAWUHA MIN AFDHOLIL QURUBAT WAL IBADAT FI JAMI’IL AWKAD bahwa tahlilan itu adalah amalan sholeh ibadah yang paling afdhol sedangkan wahabi yang sekarang sudah tidak memperbolehkan dan membaca LAA ILAHA ILLALLAH 70.000kali tahlil fida’, ibnu taimiyyah berkata YANFA’ LIL MAYYIT tetapi wahabi mengatakan LAA YANFA dan juga bid’ah sedangkan ibnu taimiyyah masih memfatwakan hal ini., tetapi kiyai Muhammad idrus ramli iskal dalam majmu fatawa maulid nabi dilarang tetapi dikitab lain di bolehkan yang di khawatirkan sudah di ta’rif oleh wahabi, dan lucunya lagi ibnu taimiyyah sudah mati 700 tahun yang lalu, tetapi ibnu taimiyyah rajin buat kitab-kitab baru misalnya mengambil satu bab dari kitabnya kemudian menulisnya kitabi taubah lil syekhil islam ibnu taimiyyah, orangnya sudah wafat tapi masih mengarang kitab seperti: Daqo’iku tafsir, kitab ini hanya mengambil ayat yang ditafsirkan ibnu taimiyyah dijadikan satu, kemudian dicetak 4 jilid menjadi kitab “Daqo’iku tafsir lilsyekh islam ibnu taimiyyah”, dan juga mengambil pendapat ibnu taimiyyah fadhoilul khulafa’u rosyiddin li syekh islam ibnu taimiyyah, semua kitabnya ibnu taimiyyah yang satu bab dijadikan satu buku sampai berjilid-jilid. Jadi ibnu taimiyyah di propaganda didalam kitabnya majmu’ fatawanya dicetak menjadi 37 jilid karena hurufnya besar-besar dan jarang-jarang akhirnya jadi besar, inikan propaganda, sedangkan kalau dibanding dengan imam kita ibnu hajar al-haitami Cuma 4jilid, nah kalau dibanding dengan 37jilid jadi bagemana itu.
Kemudian dalam hal sanad ilmu, seperti al-bani yang notabenenya tidak mempunyai guru FI KULLI SYAI’ LAA SYAI’HI LAHU karenanya dia dalam hal aqidahnya kadang membingungkan seperti hadiah baca al-fatehah boleh dan katanya sampai kemudian ALLAHU FISSAMA’ BIDUNI MAKAN itu fatwanya al-bani yang menunjukan tempat karena fissama (langit) itukan tempat, jadi termasuk sosok yang membingungkan. Kiyai idrus ramli dikirimi tesis, Seorang master dari Kuwait mengatakan didalam tesis bahwa guru al-bani hanya tiga orang waktu dia masih duduk dibangku ibtidaiyyah, guru dalam mazhab hanafi, ilmu hadistnya tidak mempunyai guru, karena al-bani ini tidak punya guru maka para ulama berkata: AHKAM hukum-hukum al-bani dalam hal hadist, ketika dia duduk sebagai muhadist ini berubah dalam perjalanan sampai akhir hayatnya. Karena tidak ada kaidah yang dia ikuti, dengan perkembangan ilmu pada masanya sudah semakin pesat, banyak mendapatkan kritik-kritik dari ulama dimasanya sehingga sedikit-sedikit berubah tapi kadang ada yang tidak dirubah karena ahkam al-bani disesuaikan dengan kepentingan, awal-awal dia duduk sebagai muhadist, ahkamnya tidak banyak berbeda dengan as-shuyuti, misalnya hadist tentang tabaruk KANA ROSULULLAH SHOLALLAHU ALAIHI WASALLAM YABA’ATS ILA MADHOHIR FAYU’TA ILAIHI BILMA’ FAYASROBU YARJU BAROK I’DIL MUSLIMIN Rosulullah Sholallahu Alaihi Wasallam sering menyuruh orang datang ketempat-tempat kolam mesjid tempat wudhu untuk diambilkan air dan air itu yang diminum oleh rosul karena mengharap barokah tangan-tangan muslim, al-bani didalam shohihul jami’ mengatakan bahwa al-hadistu hasan begitu juga dalam silsilah shohiha juga mengatakan hasan itu yang lama, tetapi yang baru di dhoifkan.
Fase perjalanan pemikiran al-asy’ari bahwa asy’ari hidup dalam dua fase:
1. Ketika beliau mu’tazilah
2. Setelah beliau kembali mengikuti ibnu qullab dan ahli hadist
Kalau dalam versi wahabi bahwa imam asy’ari hidup dalam tiga fase: pertama ketika mengikuti mu’tazilah, kedua mengikuti ibnu qullab, ketiga kembali ke-aqidah shalaf mujassima ala wahabi, kata wahabi kita berada pada fase kedua, padahal imam asy’ari sudah merujuk mencabut pendapat kedua itu, ini anggapan wahabi. Alasan wahabi yang pertama kitab al-ibana al-ushuluDiana karya terakhir asy’ari, alasan kedua asy’ari mengikuti aqidah mujassima ala wahabi yang berpendapat bahwa ALLAH bertempat dilangit, dan argument ini sangat lemah(dhoif) yang menyatakan asy’ari berada dalam tiga fase, yang berdasarkan kitab al-ibana yang beredar sekarang terbitan dari India, Madinah, Lubnan dan lainnya, tidak memiliki sanad yang mu’tasil kepada asy’ari. Padahal kata para ulama berkata: AL-ISNAD MINADDIN, LAULA ISNAD LAQOLA MAN SYA’ MAN SYA’ bahwa sanad itu termasuk bagian dari agama, seandainya tidak ada sanad niscaya siapapun bebas berbicara tanpa dalil, dan menurut golongan asy’ari sangat lemah.
Teori-teori yang mereka lakukan didalam jami’ah-jami’ah maupun ulama-ulama mereka, cara taha’mulnya tidak menggunakan SANAD tetapi menggunakan TAHA’MUL WIZADAH. Dan Teori wizadah ini paling lemah teori dan wahabi memakai teori ini, dengan syarat sesuai dengan pemahaman mereka, dibandingkan ulama kita (asy’ari) tiap kitab punya sanad ilmunya dan mereka pakai wizadah tutahammulnya yang paling lemah, juga memisahkan antara hadist dengan fiqh sehingga hadistnya sangat kering, kemudian yang kedua kitab al-ibana telah beredar sekarang sudah dicemari atau distorsi oleh tangan-tangan terampil yang tidak bertanggung jawab, isi kitab al-ibana terbitan madinah dan lainnya, yang menjadi rujukan utama golongan wahabi berbeda dengan al-ibana terbitan mesir versi Dr. faukiyyah husein nashor alumni azhar.
Adapun argumen kita kenapa imam asy’ari berada hanya dalam dua fase karena sejarawan dan pengikut mazhab asy’ari sepakat bahwa asy’ari hidup dalam masa dua fase pemikiran, sedangnya asy’ari hidup dalam tiga fase, sebagai seorang ulama besar dan tokoh populer tentu hal ini akan menjadi perbincangan kalangan sejarawan dan pengikutnya. Kemudian ibnu qullab al-qolanisi dan teolog lain yang di klaim yang di ikuti, al-asy’ari. Ini teolog dari ahli sunnah wal jamaah bukan mu’tazilah.
Isi kitab al-ibana versi wahabi terbitan madinah,libanon dan india. Isinya paradog (bertentangan) dan kontradiktif yang menguatkan al-ibana tersebut, telah mengalami distorsi dari kaum mujassima, al-ibana versi wahabi terbitan madinah pada halaman 116. Ada pernyataan: IN QOLA QO ILUN MA TAKULU MA FI ISTIWA FA KILA LAHU NAKUL INNA ALLAHA AJAWAZALA YASTAWI ALAL ARSYI’ KAMA QOL YALIKU BIHI MIN GHOIRIL TULI LIL ISTIQROR jika ada yang bertanya bagemana pendapat anda tentang istiwa, maka katakan padanya kami berpendapat bahwa ALLAH beristiwa pada arsy’ dengan istiwa yang layak baginya tanpa berdiam lama. Jadi berdiam tapi tak lama ini versi wahabi, kemudian sepuluh(10) halaman lagi yang masih versi wahabi halaman 126, ada pernyataan: KULLU DZALIKA YADUL ALA ANNAHU LAISA FIL KHOLQIK WALA KHOLKUHU FIH WA ANNAHU MUSTAWIN ALAL ARYSI’ BILA KAIFIN WALA ‘STIKROR semua itu menunjukkan bahwa ALLAH tidak berada didalam ciptaannya tidak pula makhluknya berada didalam azatNya dan ALLAH beristiwa pada arsy’ dengan dan tanpa bagaimana caranya dan tanpa menetap/tempat tinggal.
Kitab Al-ibana versi azhar Dr. faukiyyah WA ANNALLAHA TA’ALA ALA ARYSI AL WAJHILLAHI QOLLAHU WA BINA MA’NA LAHU ALLADZI ARODDAHU ISTIWA’AN ANIL MUNAJAHU MAASATI WAL ISTIQROR WA TAMAKU WAL HULUL WA INTHIQOL sesungguhnya ALLAH beristiwa pada arsy’ sesuai maksud yang difirmankanNya dan makna yang dikehendakinya dengan istiwa yang disucikan dari bersentuhan, berdiam, bertempat, bersemayam dan berpindah.
Al-ibana versi azhar ini sama dengan versi ahli hadist ulama terdahulu mutaqoddimin dan asyairoh, imam abu amar addani, beliau muridnya al-baqillani, dalam kitab ar-risalah al-wafiyyah halaman 51, beliau mengatakan WA MIN QOULIHIM AI QOLI AHLI SUNNAH ANNAHU SUBHANA FAQOSAHU SAMAWATI MUSTAWIN ALA ARSYI WA MUSTAWIN AL-JAMI’IL KHOLQI WA BA INUN MINHU BI DZATI GHOIRU BA INUN BIL ILMI’ BAL MUHIMU BA IDHOT terus dibawahnya FA QOLA TA’ALA, ARROHMANU ALAL ARSY’STAWA WASTIWA UHU JALA-JALALUH, KULUWUHU BI GHOIRI KAIFIYYAH WA TAHDID WALA MUJAWAROH WALA MUMASSAH istiwa ALLAH adalah kemaha tinggian ALLAH tanpa bagemana caranya, tanpa dibatasi, tanpa berdampingan, dan tanpa bersentuhan. Jadi sama ’istiwa dengan versi ahli hadist.
Versinya imam baihaqqi dalam I’tiqod beliau berkata: WA BIL JUMLAH YAJIBU ANIL JUMLAH ANNALLAHA SUBHANAHUWATA’ALA LAISA BIL ISTIWA I’TIDALI ANI WIJAJ jadi sama dengan istiwa diatas.
Menurut versi wahabi bahwa zat ALLAH terbatas, ibnu taimiyyah didalam talbis jahmiyyah: QOD SABAD AN ANIMATI SALAF ANNAHUM QOLU LILLAHI HADUN WA ANA DZALIK LAA YA’LAMUHU GHOIRUH telah menjadi ketetapan dari pada imam salaf bahwa ALLAH memiliki batas dan batas tersebut tidak diketahui selain ALLAH. Dan ternyata aqidah, tuhan terbatas bertentangan dengan al-ibana versi wahabi yang terbitan libanon(lubnan), ditolak bahwa tuhan terbatas. Isinya adalah: WATAQOD DASA AMMULA BASATI ABNAS WA ARZAS LAISAT LAHU SUROTUN THUQOL WA HATBUL YUQROHU MITSAL dan tidak ada batas bagi ALLAH yang dapat diucapkan dalam perumpamaan, katanya ibana ini sudah merujuk ke wahabi tapi beda dengan wahabi.
ASSALAMUALAIKU WAROHMATULLAHI WABARAKOTUHU…
TAJU’: “pembagian tauhid menjadi tiga”.
Menurut kami tauhid itu juga dibagi menjadi tiga: Wahdaniyyah: wujud, qidam, baqo’, mukhalofa lilhawadist, kiyamuhu binafsihi, wahdaniyyah. Wahdaniyyah ini menurut ahlu sunnah dibagi menjadi tiga: wahdaniyatu dzat (fi dzat), wahdaniyatu sifat, dan wahdaniyatu af’al.
Adapun wahdaniyatu dzat bahwa ALLAH itu maha esa dalam dzatnya, mahatunggal didalam dzatnya tujuan dan fungsinya, menafikan dua hal:
1. Menafikkan tersusunnya dzat ALLAH dari benda (A’YAN)
2. Menafikkan tersusunnya dzat ALLAH dari sifat benda (a’rof) atau bagian-bagian lain artinya dzat ALLAH tidak mungkin terbagi-bagi.
Sesuatu yang terbagi-bagi berarti jissim, jadi kalau jissim akan sama dengan makhluk lain berjissim LI ANA SYAI’ YUHKAMU BI NAWARIHI karena sesuatu biasanya punya hokum yang sama dengan sesuatu yang sama, wahdaniyatu dzat juga memiliki kesempurnaan dzat ALLAH selain allah tidak ada yang sempurnah seperti kesempurnaan allah.
Kemudian wahdaniyatu sifat bahwa ALLAH maha tunggal dalam sifatnya, ini berfungsi terhadap dua hal: pertama menafikkan dua sifat seperti dua qudrot atau irodat. Sifat Qudrot ALLAH itu hanya satu berkaitan dengan segala hal yang mungkin demikian juga irodat allah juga satu dan seterusnya…hal ini menengahi antara mujassima dan mu’tazilah. Kalau mu’tazilah allah itu tidak punya sifat tetapi kalau mujassima mengatakan bahwa allah itu punya sifat seperti sifatnya makhluk, Yang kedua menafikan seseorang dari menyerupakan allah artinya hanya allah yang maha tunggal yang dapat mrnciptakan.
Wahdaniyatu af’al berfungsi untuk menafikan tentang adanya ALLAH, berbuat seperti perbuatan allah bahwa hanya allah yang dapat mewujudkan dan meniadakan, yang lain tidak bisa. Harus berkeyakinan bahwa semua ciptaan allah baik yang besar maupun yang kecil bukan ciptaan manusia itu sendiri, sesuai dengan ayat WAW LLAHU KHOLAQOKUM WAMA TA’MALUN allah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu lakukan. Jadi perbuatan manusia ciptaan allah, kalau perbuatan manusia ciptaan manusia berarti allah tidak wahdaniyyah fi af’al.
Wahdaniyyah versi wahabi, ibnu taimiyyah membagi tauhid menjadi tiga juga:
1. tauhid rububiyah
2. uluhiyah
3. tauhidu asma’u wa sifat
Dalam syarah al-aqidah al-wasiqiyyah syekh ibnu utsaimin didaftar isinya seperti aksamu tauhid, al kismu awwal, tauhid rububiyyah, al- kismu tsani, tauhidu uluhiyyah, kismu stalis tauhidu asma’u wa sifat.
Dalam hal tauhid rububiyyah yaitu pengakuan atau keyakinan bahwa yang menciptkan memiliki langit dan bumi dan mengatur segala isinya. Menurut ibnu taimiyyah bahwa tauhid rububiyyah ini telah dimiliki oleh orang-orang musryik dan muslim,ma’nanya benar tapi penerapannya (ta’biknya) keliru.
Dalam hal tauhid uluhiyyah pelaksaan dalam ibadahnya ditunjukan kepada allah,ibadah tidak boleh selain adalah ini pun benar menurut kami, ibnu taimiyyah mengatakian bahwa tuhan uluhiyyah yang hak disembah sedangkan tauhidnya menyembah kepda allah tanpa mempersekutukannya, tpi menurut kami yang salahnya ibadah ini diartikan secara luas, semestinya ibadah hanya kepada allah sehingga istighosah,tawassul dan tabaruk itu dianggap ibadah,padahal hal itu diluar dari ibadah contohnya ketika kita bertawasul kepada nabi,para wali dan yang lainnya dianggap ibadah jadinya syirik, Karena ibnu taimiyyah membagi tauhidnya dengan anggapan yang salah maka kita patahkan dari akar-akarnya atau pembagiannya.
Dan terakhir tauhid asma’u wa sifat yaitu menetapkan nama-nama dan sifat-sifat allah yang terdapat dalam al-qur’an dan as-sunnah sesuai dengan artinya dzohirnya (tekstual) yang telah dikenal dikalangan manusia, contohnya didalam al-quran ada ayat-ayat yang berkenaan dengan sifat allah seperti yaddu, wajhun, ainun, maka menurut tauhid asma wa sifat diartikan sesuai dengan teks yang ada seperti tangan manusia, wajah, dan mata manusia dst….dibanding dengan kita, kita memiliki dua pendekatan, didalm satu hadist ada yang berkenaan nama dan sifat allah yaitu pendekatan tafwid, yaddu adalah sifat bagi allah bukan anggota badan atau pendekatan lain yang digunakan para ulama kholaf yaitu pendekatan ta’wil seperti ainun diartikan dengan ri’ayah, yaddu diartikan sebagai kudrot dan wajah diartikan dzat allah,seperti yang dilakukan ulama salaf, Jadi kesimpulannya tauhidnya ibnu taimiyyah asma wa sifat ini menolak ta’wil jadi tidak boleh ada ta’wil.
Ibnu taimiyyah membatasi ma’na rob (rububiyyah) sifat tuhan sebagai dzat pencipta,pemilik dan pengatur langit dan bumi se isinya.sedangkan ma’na illah (uluhiyyah) dibatasi pada tuhan sebagai dzat yang berhak untuk disembah dan tujuan untuk beribadah. Jadi dia membedakan uluhiyyah dan rububiyyah, nah,,, yang menjadi pertanyaan apakah dengan membedakan fungsi uluhiyyah dan rububiyyah ini dapat diterima atau tidak,,,,, ?? yang di khawatirkan ada orang mukmin beriman secara rububiyyah tapi kafir dalam hal uluhiyyah atau sebaliknya sehingga ada pembagian seperti itu, dan dengan pembagian seperti ini bertentangan dengan al-qur’an maupun hadist yang tidak membedakan antara rububiyyah dan uluhiyyah atau perkataan ulama, karena dalam hadist dan al-quran tidak membedakan keduanya ADA TALAJUM (keterkaitan) antara keduannya,artinya klw kafir uluhiyyah pasti kafir rububiyyah.
Sebaliknya pun demikian
Al-qur’an membatalkan konsep wahabi, dalam surat al-imran WA LAYA’MUROKUM AN’TA TA KHIDI MALAIKATA WAN NABIYYINA ARBABA artinya dan tidak wajar pula bagi seorang nabi menyuruhmu menjadikan para malaikat dan nabi sebagai arbab (tuhan-tuhan rububiyyah) nah,,, ayat diatas menegaskan bahwa orang-orang musyrik adanya arbab tuhan2 rububiyah selain allah seperti malaikat dan nabi padahal menurut ibnu taimiyyah orang2 musryik itu tidak syirik rububiyyah hanya syirik uluhiyyah sedangkan ayat ini menjelaskan bahwa orang2 musryik itu menjadikan para nabi dan malaikat sebagai syirik rububiyyah, jadi hal ini ada paradog pertentangan antar konsep al-qur’an dan konsep tauhid ibnu taimiyyah, jadi ada keterkaitan(talajum) yang sangat erat. Dalam surat yang lain surat as-syu’ara TA’LLAHI INKUNNA LA FI DHOLALIN MUBIIN, NUSSYAWIKKUN BIROBIL ALAMIN demi allah sungguh kita dahulu didunia dalam kesesatan yang nyata karena kita mempersamakan kamu(berhala-berhala) dengan robul alamin. Nah,,,dari ayat diatas menyebutkan akan penyesalan orang kafir karena menjadikan berhala sebagai arbab tuhan-tuhan mereka sedangkan kata wahabi orang musyirik itu tidak syirik rububiyyah hanya syirik uluhiyyah saja. Demikian juga hadist nabi sholallahu alaihi wasallam anil bara’ ibni ajib ani nabi sholallahu alaihi wasalam qol: YUSABBITUNA ALLAHU LADZI AMANU WAL’ LADZI IN KULI SHAABIT nabi shoalallahu alaihi wasalam bersabda bahwa allah berfirman bahwa allah meneguhkan orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu nabi bersabda: NAJALAT FI ADZABIL KABR’ ayat ini turun mengenai azab kubur, FAYU QOLU LAHU orang dikubur itu ditanyakan MAN ROBBUKA siapa tuhanmu(rububiyyahmua) FAYAKUL ROBIYALLAH tuhan rububiyyahku adalah ALLAH wa nabiyyih Muhammad. Hadist ini menjelaskan bahwa nabi tidak membedakan antara tauhid rububiyyah dan uluhiyyah karena malaikat hanya bertanya siapa tuhan rububiyyahmu dan tidak bertanya siapa tuhan uluhiyyahmu jadi sama antara uluhiyyah dan rububiyyah tidak ada bedanya. Ternyata misi mereka ibnu taimiyyah atau yang kita kenal sekarang dengan nama wahabi sebagai piranti atau idiologi untuk melarang praktek2 uluhiyyah seperti istighosah, tawassul dan tabaruk, ziarah kubur dan maulid itu syirik karena melanggar tauhid uluhiyyah yang berarti ibadah kepada selain allah.
Adapun masalah ibadah menurut ahli bahwa adalah GHOYATUL HUDUL WA ‘TADHOLUL puncak dari ketundukan dan kerendahan diri, istighosah itu adalah suatu yang telah di praktekan oleh nabi dan yang lebih tahu memahami ibadah nabi sendiri.
Muhammad bin ahmad bas mild didalam kitabnya kaifa nafhamu tauhid halaman 16 pada bab tauhidu abu jahlin wa abu lahabin WAMAN ALA DINI MINAL MUSYRIKIN abu jahal dan abu lahab dan orang musyrik yang seagama dengan mereka KANU YU’MINUNA BILLAH mereka orang2 mukmin kepada allah WAYUWA ‘HIDUNA FI RUBUBIYYAH dan bertauhid kepada allah secara rububiyyah KHOLIQON bahwa allah yang menciptakan WA ROZIQON member rizki MUHYAN WA MUMITAN menghidupkan dan mematikan DHORRON WANAFI’AN yang mendatangkan madorot(bahaya) dan manfaat LAA YUSYRIKUNA BIHI FI SYAI’AN tidak syirik sedikitpun dalam masalah ini. Jadi tauhid ala wahabi disatu sisi membela orang2 musyrik tapi dsisi lain mengkafirkan orang2 islam. AJIBUN WA GHORIB sungguh mengherankan dan sungguh aneh abu jahal dan abu lahab AKSARA TAUHIDAN LIL LAH lebbih mantap tauhidnya kepada allah WA AQLAK SO IMANAN BIHI dan lebih bersih imannya kepada allah MINAL MUSLIMINA ALLADZINA TAWA’SALU dari pada umat islam yang bertawasul, jadi iman kita ini mmasih kalah dengan tauhidnya abujahal dan lahab ini di karenakan tauhid uluhiyyah dan rububiyyahnya ala wahabi.
Adapun tauhid asma wa sifat, ketika kita membaca dalam al-qur’an akan nama2 dan sifat allah seperti arrahman alal arsyi ‘stawa dalam hal ini ibnu taimiyyah mengikuti musyabbihah dengan mengartikan nash2 secara literal (dzohir). Jadi tauhid ini adalah satu idiologi untuk mengkafirkan orang2 muslim dan tidak boleh menta’wil ayat maupun hadist padahal ta’wil dilakukan oleh ulama2 salaf. Dan kaidah ini diciptakan sedangkan idiologi kita adalah untuk mempertahankan yang sudah ada. Imam bukhori melakukan ta’wil pada kata ayat WAYABQO WAJHU ROBIKA JULJALALI WAL IKROM.
Wassalam...
Rizal salim..